Memulai Jalan Cerita Baru
Agustus 05, 2019
Tanggal 2 Agustus 2019 hari dimana sebuah keputusan yang merubah cerita hidupku dimulai
aku memilih untuk kembali ke awal dimana semuanya dimulai.
Pagi itu aku bangun lebih awal tidak tergesa-gesa seperti biasanya aku memang memiliki sifat santai, tapi pagi ini aku harus bangun lebih cepat dan tidak bisa bermesra lebih lama dikasur karena ada beberapa barang yang belum aku packing, ya aku packing karena hari ini aku akan pergi ke terminal bus untuk menuju pulang kampung halaman bukan pulang kampung seperti biasanya namun aku memutuskan untuk menetap dan membuang semua hiruk pikuk ibukota dan juga semua peluang kerja di Jakarta.
Aku berjalan malas ke kamar mandi mata ini masih ingin menutup dan kasur rayuanya masih sangat mengoda tapi aku tak mau ketingalan bus, aku juga telah ditunggu oleh Ira di terminal bus, oh iya aku lupa memberi tahu bahwa aku hari ini tidak hanya pergi sendiri ada Ira Mutia Prima wanita yang setahun lebih muda dari ku yang juga memutuskan untuk menetap di kampung, hari ini dia bersamaku pulang karena Ira belum pernah pulang dengan bus dan dia juga takut naik bus sendirian, karena kami satu kampung dan juga satu arah aku memutuskan untuk menemani dia pulang dan menganti tanggal keberangkatan aku yang sebelumnya, sebenarnya aku akan berangkat tanggal 25 Juli 2019 namun karena dia baru bisa pulang tangal dua akhirnya aku mengikuti jadwalnya.
Setelah mandi dan merapikan semua barang yang akan dibawa aku pamit sama kakak untuk berangkat pulang, aku berangkat naik taksi yang lumayan besar kapasitas bagasinya sehingga semua barang bawaanku masuk. Jarak antara rumah dan terminal tidaklah begitu jauh karena tidak macet jadi hanya butuh waktu 20 menit.
Sesampainya di terminal Ira sudah menunggu dengan barang bawaan yang tak kalah banyaknya dengan barang bawaanku dan dia sedang bersantap bakso. Aku mengeluarkan semua barang bawaanku dari dalam taksi yang jumlahnya lebih banyak dari barang bawaan Ira, aku membawa "Mak Itam" yaitu sepeda kesayanganku tak tega rasanya aku meningalkan Mak Itam di Jakarta dan tak ada yang merawatnya akhirnya aku ikut memboyong Mak Itam pulang kampung. Selain Mak Itam aku membawa satu koper, satu tas pungung, satu tas cerier dan satu dus besar, sebenarnya aku paling malas pergi dengan bawaan banyak seperti ini tapi mau bagaimana lagi semua barang tersebut akan aku butuhkan selama di kampung.
Bus datang terlambat dari jadwal keberangkatan yang ditentukan seharusnya kami berangkat jam sebelas namun bus datang jam duabelas dan ketika bus datang ternyata barang bawaanku kena biaya tambahan yang luar biasa juga huft, setelah nego yang lumayan sengit akhirnya harganya turun dan deal dengan kenek busnya.
Diperjalanan sama dengan perjalanan jauh lainya yaitu keletihan pada pingang dan kaki serta sekali-sekali perut mual oleh hempasan bus yang menikung atau guncangan dijalan yang berlubang, perjalanan dua hari dua malam untuk sampai pada kampung halaman memang bukan lah jarak yang dekat namun karena aku sudah terbiasa dengan perjalanan jauh jadi rasanya bisa saja namun pada perjalanan kali ini banyak yang mengusik pikiranku tentang ketakutan-ketakutan akan yang tidak begitu jelas, namun aku kuatkan kembali niat untuk menempuh perjalanan ke kampung.
Pukul 19:21 tanggal dua malam itu kami berada di atas kapal dari pelabuhan Merak menuju pelabuhan Bakahuni, banyak notifikasi di hp dari teman-temanku yang menanyakan kabar karena telah terjadi gempa di laut banten dan terasa sampai Jakarta tidak hanya gempa namun juga berpotensi tsunami di sekitar laut banten dan lampung. Ira yang terlihat panik di sampingku lalu menanyakan apa yang harus dilakukan namun aku hanya bisa jawab pasrah saja karena kalau sudah ajal kemanapun kita lari akan mati juga dan kalau sudah waktunya ajal menjemput kita tidak bisa mengelak lagi. Terdengar sok bijak namun prinsip itulah yang aku pegang sehingga membuatku tak begitu takut dan jadi lebih tenang.
Pukul 22:00 kami telah sampai di pelabuhan Bakahuni dan menyandar Alhamdulillah tidak terjadi bencana dan peringatan tsunami juga telah dicabut oleh BMKG, kami kembali melaju menauh meninggalkan dermaga dan memasuki jalan tol, kali ini perjalanan mengunakan lintas timur. Sebelumnya aku belum pernah melewati melewati lintas timur dalam map aku lihat jalur ini lebih jauh dibandingkan dengan Lintas Tengah namun ada beberapa pertimbangan supir bus memilih lintas timur yaitu kondisi jalanan yang relatif lebih aman dibandingkan dengan lintas timur karena di lintas tengah bayak penjahat yang melemparkan batu ke kaca bus dan pertimbangan kedua jalur bus ini memang sering memilih rute ini. Jalur lintas timur kondisi jalanya di beberapa titik kerusakanya sangat parah lubang yang dalam dan jalan yang miring menemani alu rperjalanan selama dua jam lebih bahkan ada beberapa penumpang yang muntah karena tidak kuat perutnya di kocok oleh goyangan bus,namun aku dan Ira masih mampu manahan rasa mual yang juga mulai menyelinap.
Pukul 04 : 30 kami sampai di danau Ombilin tempat perbehentian kami menuju kampung tidak lama setelah turun dari bus bapak datang dengan mobil Colt T tuanya menjemput kami lalu bapak memutar mobil menuju rumah karena sudah tak sabar rasanya merebahkan badan.
0 komentar